Selasa, 01 November 2011

BBLR

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN.

Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi berat lahir rendah = BBLR ). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bayi prematur.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh :

1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir yang teratur).

2. Bayi small for gestational age (SGA) : bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK).

3. Bayi cukup bulan : bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilan

Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur ( sesuai masa kehamilan= SMK), matur normal, KMK atau besar untuk masa kehamilan(BMK) dapat dipakai tabel growth charts of weight against gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi prematur (SMK) terletak diantara 10 th percentile dan 90 th percentile. Pada bayi KMK beratnya dibawah 10 th percentile. Bila berat bayi di atas 90 th percentile ia disebut heavy for dates atau BMK. Bayi posmatur bila kelahirannya terjadi pada masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

II. ETIOLOGI

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan pre term (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :

A. Faktor ibu.

ð Gizi saat hamil kurang

ð Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.

ð Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

ð Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok ).

ð Faktor pekerja yang terlalu berat.

B. Faktor kehamilan.

ð Hamil dengan hidramnion.

ð Hamil ganda.

ð Perdarahan ante partum.

ð Komplikasi hamil : pre- eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.

C. Faktor janin .

ð Cacat bawaan .

ð Infeksi dalam rahim.

D. Faktor yang masih belum diketahui.

III. DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIK.

A. Sebelum bayi lahir

1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.

2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3. Pergerakan janin yang pertama ( Queckening ) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya .

5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.

B. Setelah bayi lahir

1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin

2. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan

3. Bayi prematur yang lahir sebelum kelahiran 37 minggu .

4. Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka ( Doll – Like ) abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparant.

5. Bayi Small For Date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intra uterin.

6. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan ( Small For Date ) alat-alat dalam tubuh berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat badan sama, karena itu akan lebih muda hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan Normal.

IV. GAMBARAN BBLR.

Gambaran bayi berat badan lahir tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan makin nyata.

Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik :

q Berat kurang dari 2500 gr.

q Panjang kurang dari 45 cm.

q Lingkran dada kurang dari 30 cm.

q Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.

q Umur kehamilan kurangdari 37 minggu.

q Kepala relatif lebih besar.

q Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.

q Otot hipotonik – lemah .

q Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas).

q Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus.

q Kepala tidak mampu tegak.

q Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali permenit.

q Frekwensi nadi 100 sampai 140 kali permenit.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah :

1. Suhu tubuh

· Pusat mengatur napas badan masih belum sempurna .

· Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah .

· Otot bayi masih lemah.

· Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan.

· Kemampuan metabolisme panas masih rendah , sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah erlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar

2. Pernapasan

§ Fungsi pengatur pernapasan belum sempurna

§ Surfaktan paru – paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna

§ Otot pernapasan dan tulang iga lemah

§ Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membaran, mudah infeksi paru – paru dan gagal pernapasan

3. Alat pencernaan makanan

· Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan banyak lemah/ kurang baik

· Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang

· Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.

4. Hepar yang belum matang ( immatur )

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan billirubin, sehingga mudah terjadi hiperbillirubinemia ( kuning ) sampai kern ikterus.

5. Ginjal masih belum matang.

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.

6. Perdarahan dalam otak.

ð Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh, dan mudah pecah.

ð Sering mengalami gangguan pernapasan , sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak.

ð Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.

ð Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah tejadi perdarahan dan nekrosis.

V. Pencegahan

Persalinan preterm dapat dicegah dengan upaya :

ð Melakukan pengawasan hamil dengan dan teratur.

ð Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan.

ð Memberikan nasehat tentang : gizi saat kehamilan : meningkatkan pengertian KB interval; memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi ; menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakti ibu dapat diketahui dan di awasi/diobati

ð Meningkatkan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan .

VI. Perawatan BBLR

Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.

A. Pengaturan suhu tubuh bayi BBLR

Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat). Untukm mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35 °C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34 °C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 °C .Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 °C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 °C-29 °C.Bila inkubator tidak ada,pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggu nakan metode kangguru. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 °C-37 °C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh alat servomechanism.Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.

Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.

B. Pencegahan infeksi.

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.

Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.

C. Pengaturan intake

Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR

ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi kususnya pada bayi BBLR dapt digunkan susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui NGT.

Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.

D. Pernapasan

Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

VII. PROGNOSIS BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.

1. Biodata

2. Riwayat kelahiran lalu

3. Status gravid ibu

4. Riwayat persalinan

5. Keadaan bayi saat lahir

6. Apgar skor

7. Pemeriksaan fisik yaitu :

a. Aktifitas istirahat

Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur dalam, meringis atau tersenyum, adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Sirkulasi

Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm, dapat berfluktuasi 70-100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis), nadi perifer mungkin lemah, nadi brachialis dan radialis lebih muda dipalpasi daripada nadi femoralis, mur-mur jantung

c. Eliminasi

Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif, urine tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6-10 popok basah / 24 jam.

d. Makanan / Cairan

Berat badan rerata 2500 - 4000 gram, kurang dari 2500 gram menunjukkan KMK (prematur, sindrom rubella, gameli) lebih dari 4000 gram menunjukkan BMK (diabetes maternal atau dapat dihubungkan dengan herediter), pada mulut : saliva banyak.

e. Neurosensori

Lingkar kepala 32-37 cm, fontanel anterior dan posterior lunak dan datar, caput suksadaneum mungkin ada selama 3-4 hari, mata dan kelopak mata mungkin edema, strabismus dan fenomena mata boneka mungkin ada, lipatan epicantus, adanya refleks (moro, plantar, palmar, babinski) tidak adanya kegugupan, letargi hipotonia, parese.

f. Pernafasan

Takipnea sementara dapat terlihat, khususnya setelah kelahiran sesaria dan presentase bokong, pola pernafasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, pernafasan dangkal dan cuping hidung, retraksi dinding dada, dan ronchi pada inspirasi atau ekspirasi dapat menandakan aspirasi.

g. Keamanan

Karena kulit kemerahan atau kebiruan, cepal hematom tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2-3 hari kemudian direabsorbsi perlahan lebih dari 1-6 bulan, pergerakan ekstremitas dan tonus otot baik.

h. Seksualitas

Genetalia wanita : labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/hymen dapat telihat

Genetalia pria : testis turun, scrotum tertutup denga rugae, fimosis juga biasa terjadi.

i. Pemeriksaan diagnostik

§ Leucosit : 18.000/mm3

§ Hemoglobin : 15-20 gram/dl

§ Hematokrit : 43%-61%

§ Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari

§ Dektroksit : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama kelahiran rata- rata 40-50 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke-3

B. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul

1. Risiko gangguan nutrisi

2. Risiko Inefektif Thermoregulator (hipotermi)

3. Risiko infeksi

4. Kelebihan volume cairan

5. Risiko asfiksia

6. Risiko aspirasi

7. Gangguan perfusi jaringan

8. Pola napas tak efektif

9. Kecemasan orang tua

10. PK : Peningkatan bilirubin

C. Rencana keperawatan.

DX I Resiko gangguan nutrisi :

Tujuan : Mencerna masukan nutrisi adekuat untuk penambahan berat badan.

Kriteria hasil :

¶ Berat badan meningkat 750 – 1000 gr / bulan

¶ Berat badan naik 30 gr / hari

Intervensi
Rasional

1. Kaji pola minum bayi dan kebutuhan-kebutuhan nutrisi

­ Kaji volume, durasi dan upaya selama pemberian minum, kaji respon bayi.

­ Kaji masukan kalori / nutrisi yang lalu, kenaikan / penurunan BB selalu dicatat

2. Ajarkan pada orang tua tentang tehnik –tehnik pemberian Asi/ Pasi yang efektif

3. Berikan Intervensi spesifik untuk meningkatkan pemberian makanan peroral yang efektif :

­ Pemberian dengan sendok secara bertahap

­ Kontroll stimulasi setiap pemberian makanan

­ Anjurkan pada ibu untuk sering –sering meneteki anaknya

4. Tingkatkan tidur dan kurangi pemakaian energi yang berlebih

5. Berikan pemberian makan / nutrisi dengan proses adaptasi secara bergantian ASI- PASI ( sesuai keb. Perhari X BB : Pemberian susuai umur masa kehamilan.

6. Timbang BB bayi sebelum dan sesudah makan

7. Bersihkan mulut bayi setelah pemberian nutrisi

1. Untuk menentukan berapa kebutuhan nutrisi bayi perhari atau kebutuhan minum (cc/ KgBb ) sehingga dapat diberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya dengan tidak terlepas dari intervensi yang lain yang dapat meningkatkan kenaikan berat badan bayi.

2. Setelah pulang nanti orang tua tidak kaku dan sudah terbiasa memberikan Asi / Pasi pada bayi, dan mengerti kapan bayi sudah mulai haus : misal pada saat menangis.

3. Pemberian minum/ makan lewat sendok agar anak tidak bigung dengan putting susu ibu, dan pemberian secara bertahap mengurangi risiko aspirasi. Asi yang kandungannya lebih baik dari makan pengganti Asi.

4. Tidur yang banyak akan membuat energi yang masuk dirubah menjadi lemak sehingga dapat dipakai sebagai cadangan makanan.

5. Mengadaptasikan bayi dengan putting susu supaya tidak bigung, dan melatih reflek mengisap yang baik. Mengetahui kenaikan BB bayi dan keefektifan pemberian nutrisi baik asi maupun Pasi dan mengetahui Jumlah pemasukan.

6. Untuk megetahui seberapa banyak asupan nutrisi yang masuk

7. Mencegah terjadinya infeksi dan perkemmbangan biakan kuman akibat susu basi.

DX II Risiko Inefektif Thermoregulator (hipotermi) :

Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria :

¶ Bebas dari tanda – tanda stres dingin atau hipotermia

¶ Suhu tubuh : 36,5 – 37,50C

Intervensi
Rasional

1. Minitor tanda – tanda vital bayi setiap 4 jam .

2. Minitor suhu bayi

a. Jika subuh dibawah normal :

Ø Selimuti dengan 2 selimut.

Ø Pasang tutup kepala.

b. Jika suhu di atas normal :

Ø Lepaskan selimut.

Ø Lepaskan tutup kepala.

3. Keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi Kurangi dan hindarkan sumber – sumber kehilangan panas pada bayi seperti

a. Evaporasi.

Ø Saat mandi, sipakan lingkungan yang hangat.

b. Konveksi

Ø Hindari aliran udara ( pendingin udara, jendela, kipas angin ) yang langsung mengenai bayi.

c. Konduksi

Ø Hangatkan seluruh barang – barang dan bahan – bahan untuk perawatan ( baju, sprei, dll ).

Ø Kurangi benda – benda diruangan yang menyerap panas ( logam ).

d. Radiasi

Ø Pertahan suhu ruangan.

4. Pertahankan suhu incubator.

1. Mengetahui fungsi vital organ – organ tubuh terutama termostat regulator suhu tubuh.

2. Fluktuasi suhu tubuh pada bayi sering terjadi, dengan mengenali suhu tubuh ( panas atau dingin ) maka akan dapat dihindari terjadinya komplikasi hypothermia atau hyperthermia

3. Kehilangan panas pada bayi terjadi sangat cepat, peningkatan suhu 10 C suhu tubuh akan kehilangan 12 cc / jam.

Dengan intervensi tersebut maka dapat direncanakan dengan baik hala – hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi sumber – sumber kehilangan panas pada bayi.

4. Inkubator dapat dimanajemenkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bayi.

DX III Risiko infeksi

Tujuan : Bebas dari tanda – tanda infeksi

Kriteria :

¶ Menujukkan pemulihan tepat waktu pada puntung tali pusat dan sisi sirkumsisi bebas dari drainase atu eritema

Intervensi
Rasional

1. Kaji factor – factor yang dapat membawa infeksi,seperti :

­ Tindakan non steril.

­ Pengunjung yang banyak

­ Lingkungan kotor dll.

­ Posisi saat memberi minum

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi dan melakukan tindakan.

3. Pertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan (seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi ).

4. Pisah bayi – bayi yang mengalami penyakit infeksi.

5. Rawat bekas tali pusat dengan menggunakan bethadine dan dibungkus dengan kasa steril.

6. Lindungi bayi yang mengalami defisit imun dari infeksi :

­ Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mendekati bayi.

­ Batasi pengunjung bila memungkinkan.

­ Batasi alat – alat infasif ( IV, NGT, specimen Lab dll ) untuk yang benar – benar perlu saja.

7. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi seperti : pertahankan masukan nutrisi ASI dan PASI

1. Untuk menentukan intervensi yang akan diberikan pada bayi.

2. Mencegah masuknya organisme – organisme penyebab infeksi (cros infeksi).

3. Meminimalkan dan membunuh bakteri, jamur dan untuk mencegah infeksi akibat kontaminasi nasokomial.

4. Mengurangi risiko penularan penyakit pada bayi lain.

5. Mencegah masuknya kuman dan berkembangnya bakteri oleh karena media yang lembab.

6. Mengurangi kontak dengan agen penyebab infeksi dan sumber infeksi.

7. Nutrisi yang baik, daya tahan tubuh meningkat dan infeksi tidak terjadi.

DX IV Kelebihan volume cairan

Tujuan : Berkemih 2 – 6 kali dengan haluaran 15 – 60 ml / kg / hari dari hari ke 2 kehidupan

Kriteria :

¶ Tidak ada oedema

¶ Tanda vital dalm batas normal

¶ BB sesuai dengan perkembangan

Intervensi
Rasional

1. Kaji intake dan output

2. Rencanakan penggantian cairan pada pasien

3. kaji kulit, wajah, area tergantung untuk oedema. Evaluasi derajat oedema.

4. Auskultasi paru dan bunyi jantung

5. Kaji tingkat kesadaran

1. Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan

2. Membantu menghidari periode tanpa cairan

3. Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung

4. Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan GJK dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra.

5. Dapat menujukkan perpindahan cairan, akumulasi toksin, asidosis, ketidak seimbangan elektrolit, atau terjadinya hipoksia

DX V Risiko asfiksia / aspirasi.

Tujuan : Bebas dari cedrea asfiksia / aspirasi

Kriteria :

¶ Melakukan adaptasi lingkungan atau kewaspadaan untuk mencegah cedera kecelakaan.

Intervensi
Rasional

1. Kaji faktor – faktor lingkungan yang membuat bayi beresiko asfiksiasi

2. Diskusikan bahaya berkenaan dengan aspirasi serta penggunaan dan penyimpanan bedak bayi yang tepat

3. Berikan bimbingan antisipasi perlunya menepuk bayi supaya sendawa sebelum menempatkan ditempat tidur, posisi yang tepat.

1. Ketidak tepatan penyimpanan dan penggunaan kantong plastik, pengikat selimut atau matras kedor, kemungkinan untuk tenggelam, dan gelang – gelang disekitar dot / pengalas dada ( khususnya bila alat ini digunakan pada waktu tidur sejenak atau malam hari) membuat bayi beresiko asfiksia

2. Bahaya aspirasi pada bulan pertama paling sering karena wadah bedak bayi yang karena bentuknya dianggap seperti botol, sehingga membuat risiko inhalasi, aspirasi, dan kemungkinan asfiksia fatal.

3. Regurgitasi berkenaan dengan peristaltik balik dan spinter kardia rileks atau imatur meningkatkan resiko aspirasi.

DX VII Gangguan perfusi jaringan

Tujuan : Mepertahankan kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal

Kriteria :

¶ Membran mukosa merah muda

¶ Prekwensi jantung normal.

Intervensi
Rasional

1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama persalinan, tipe kelahiran apgar skor, kebutuhan tindakan, resusitatif saat kelahiran, dan obat – obatan ibu yang digunakan selama kehamilan atau kelahiran.

2. Perhatikan usia gestasi, BB, dan jenis kelamin.

3. kaji status pernapasan, perhatikan tanda – tanda distres pernapasan (mis : Tachipnea, pernapasan cuping hidung, retraksi, ronkhi, atau krekels

4. gunakan pemantauan oksigen transkutan atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap jam ubah sisi alat setiap 3 – 4 jam.

5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati - hati sesuai kebutuhan. Batasi waktu obstruksi jalan napas dengan kateter 5 – 10 detik. Observasi pemanytau oksigen transkutan atau oksimeter nadi sebelum selama pengisapan.

6. Observasi terhadap tanda dan lokasi sianosis

7. Pantau pemeriksaan lab dengan tepat : grafik seri GDA

8. Berikan oksigen sesuai dengan kebutruhan.

1. Persalinan yang lama meningkatkan resiko hipoksia, dan depresi pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu.

2. Neonatus lahir sebelum minggu ke 30 atau BB kurang dari 1500 gr beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS.

3. Takhipnea menandakan distres pernapasan khususnya pernapsan lebih besar dari 60 kali / menit setelah 5 jam pertama kehidupan.

4. Memberikan pemantauan non inpasif konstan terhadap kadar oksigen. (catatan : insufisiensi pulmonal biasanya memburuk selama 24 – 48 njam pertama, kemudian mencapai plateau)

5. Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya pada bayi yang menerima ventilasi terkontrol. Bayi biasanya tidak mengembangkan refleks terkoordinasi, untuk mengisap, menelan dan bernapas sampai gestasi minggu ke 32 sampai ke 34.

6. Sianosis adalah tanda lanjut dari PAO2 rendah dan tidak tampak sampai ada sedikit lebih dari 3 g /dl

7. Hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis menurunkan produksi survaktan.

8. Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan

DX VIII Pola napas tidak efektif

Tujuan : Mempertahankan pola pernapasan periodik ( periode apneik berakhir 5 – 10 detik diukuti dengan periodik pendek ventilasi cepat).

Kriteria :

¶ Membran mukosa merah muda

¶ Prekwensi jantung normal.

Intervensi
Rasional

1. Kaji frekwensi pernapasan dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan peranapasan yang kontinyu

2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan

3. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat – obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi

4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi

5. Berikan rangsang taktil yang segera ( mis : gosokkan punggung bayi ) bila terjadi Apnea. Perhatikan adanya sianosis, bradikardia atau hipotonia.

6. Tempatkan bayi pada matras yang bergolombang

7. Pantau pemeriksaan laboratorium ( GDA, glukosa serum, elektrorit, kultur, dan kadar obat )sesuai indikasi

8. Beri oksigen sesuai indikasi.

1. Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke 30

2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas

3. Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas SSP

4. Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneik khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnia.

5. Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan spontan.

6. Gerakan memberikan rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apneik.

7. Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat meperberat serangan apneik.

8. Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan

DX IX Kecemasan orang tua

Tujuan : Kecemasan berkurang / teratasi

Kriteria :

¶ Ibu mengerti tentang kondisi bayinya

¶ Ibu mengatahui cara perawatan bayi dalam incubator.

¶ Ekspresi tampai tidak cemas

Intervensi
Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan orang tua

2. Jelaskan tentang :

­ Kondisi bayinya sekarang

­ Perawatan bayi di incubator

3. Beri support mental dari petugas

4. Beritahu hasil pemeriksaan yang didapatkan.

1. Menentukan sejauh mana tingkatan dari pada klien, apakah sudah memasuki tahap yang lebih tinggi atau tidak

2. Meningkatkan kepercayaan ibu akan kondisi bayinya

3. Meningkatka harga diri klien sehingga tidak mudah putus asa

4. Meyakinkan klien tentang kondisi –kondisi yang bermasalah dalam kesehatan

DX X PK : Peningkatan bilirubin

Tujuan : Bilirubin dalam batas normal

Kriteria :

Tanda kremer tidak ada
Intervensi
Rasional

1. Kaji tingkatan dari pada ikterus Total billirubun Normal darah perifer : 0-1 hari6 mg/dl, 1-2 hari : 8 mg/dl, 3-5 hari : 12 mg/dl patologis bila :Terjadi peningkatan 5-7 mg atau lebih pada 24 jam pertama dilahirkan. Konsentrasi billirubin bayi aterm 10 mg % dan , 12,5 % pada premature

2. Pertahankan Asupan nutrisi / Asi atau Pasi yang adekuat

3. Lakukan prosedur fototerapi sesui instruksi dokter dalam 24 jam meliputi ;

· Telentang + luminal

· Istirahat /minum

· Miring kiri

· Istirahat/ minum

· Miring kanan

· Istirahat minum

· Telentang

· Istirahat /minum

· Miring kiri + Luminal

· Istirahat minum

· Tengkurap

· Istirahat minum

· Miring kanan

· Istirahat minum

· Terlentang

· Istirahat/ minum

1. Mengetahui tingkatan ikterus pada kremer I – V, dan mengetahui patologis dari munculnya tanda billirubin.

2. Agar billirubin mudah larut dalam plasma dan mudah diekstrak ke seluruh empedu

3. Fototerapi menyebabkan terjadinya isomerisasi billirubin sehingga billirubin mudah dihantarkan ke empedu dan dikeluarkan dalam saluran pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

Bobak Irene M dan Jensen Margaret D, Perawatan Maternitas dan Ginekologi II. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung 2000.

Carpenito Lynda J, Buku Saku Keperawatan Edisi 6. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta 1997

Carpenito Lynda J, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edis 2. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta

Doengoes Marilynn E. dan Moorhouse Mary Frances. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta 2001

Manuaba Ida Bagus Gde DSOG. Dr. Prof. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Penerbit buku kedokteran, EDC : Jakarta 1998

Mochtar Rustam MPH. Dr. Prof. Sinopsis Obstetri Jilit 1 Edisi 2. Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta 1998

Wiknjosastro Hanifa, DSOG dr.Prof. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo : Jakarta 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar