A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Anatomi dan Fisiologi
Alat reproduksi wanita dapat dibagi menjadi 2 organ yaitu organ eksterna dan organ interna. Organ eksterna kita kenal sebagai vulva yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, himen vestibula dan introitus vagina, organ genitalia interna yang terletak di dalam pelvis terdiri dari uterus, ovarium dan tuba fallopi.
Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu endometrium, miometrium dan permotrium. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fungsi utama uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi dan tempat pertumbuhan janin selama kehamilan.
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus. Ovariun memiliki 3 fungsi memproduksi ovum, memproduksi hormon ekstrogen da progesteron serta berperan dalam pengaturan siklus menstruasi.
Tuba fallopi berjalan di sebelah kiri dan kanan uterus, fungsi normal tuba fallopi adalah untuk mengantarkan ovum dari ovarium ke uterus yang menyediakan tempat untuk pembuahan.
1. Pengertian
Tumor ; pembengkakan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh (www.info sehat.com /contens.php?
a. Tumor ganas (malignant tumor)
Disebut juga sebagai kanker, kanker berpotensi menyerang atau merusak jaringan disekitarnya dan menyebabkan matastase (penyebaran bibit penyakit).
b. Tumor jinak (Bonign tumor)
Tidak menyerang jaringan sekitarnya dan tidak membentuk matastase, tapi secara lokal dapat tumbuh menjadi besar (info sehat.com).
c. Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba fallopi, kemudian pada uterus dan ovarium biasanya terjadi bersamaan.
d. Tumor uterus adalah suatu pembesaran abnormal atau proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali pada uterus dan bisa merupakan kelainan benigna atau maligna (Broker Christine, 2001)
2. Mioma Uteri
a. Pengertian Mioma Uteri
1. Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, yang berdasarkan besar da lokasinya dapat memberikan gejala klinis (Ida Bagus Gde Manuaba, 2003)
2. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid. (Sarwono Prawiro Harjo, 1994)
3. Mioma uteri adalah tumor benigna yang berasal dari sel-sel otot dan mengandung sejumlah jaringan fibroid.(Yokobus Siswadi, 2006)
4. Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat sekitarnya (http.Geogle.com)
5. Mioma uteri adalah tumor jinak dinding rahim yang muncul pada wanita masa reproduksi (Miom (Tumor) rahim kuliah kebidanan htm) www.yahoo.com
Gambar : Mioma Uteri
b. Etiologi
Penyebab dari mioma uteri adalah beberapa hal
1. Teori mayor de snoo rangsangan sel nost atau estrogen
2. Faktor
a. Tak pernah dijumpai sebelum menarche
b. Atropi setelah monopause
c. Cepat membesar saat hamil
d. Sebagian besar masa reproduksi
3. Red degenarsi (Carneous degenations)
a. Ekstrogen merangsang tumbuh kembang mioma
b. Aliran darah tak seimbang
c. Edema sekitar tungkai
d. Tekanan hamil
c. Insiden
Berdasarkan otopsi , Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menars. Setelah monopause hanya kira-kira 10 % mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia mioma uteri di temukan 2,39 – 11,7 % pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah monopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10 % saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
d. Patofisiologi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan di klasifikasi sesuai lokasi anatominya. Mioma sub mukosa terletak di bawah endometrium menekan endometrium apabila tumor membesar. Tumor bisa bertangkai (Pedikel) dan bisa menonjol kedalam rongga uterus atau kanal serviks. Mioma intramural terletak didalam miometrium, sedangkan tumor subserosa terdapat pada permukaan serosa dari uterus.
Kebanyakan dari mioma adalah asimtomatis dan bisa berlangsung tanpa diketahui apabila wanita itu gemuk. Timbulnya gejala-gejala bisa diakibatkan oleh distorsi dan kongesti pembuluh darah sekitar, atau ulkus pada endometrium. Perdarahan bisa dalam bentuk premenstrual spotting atau perdarahan sedikit setelah menstruasi metroragia dikaitkan dengan trombosis atau nekrosis vena pada permukaan tumor. Khsususnya apabila tumor itu masuk kedalam serviks. Perdarahan ini bisa banyak dan pasien bisa mengalami anemia berat (defisit zat besi) yang tidak bisa diperbaiki dengan pengobatan zat besi.
Apabila tangkai dari tumor berbelit, pasien bisa mengalami nyeri yang sangat dan tiba-tiba. Dengan tumor yang besar, pasien bisa merasa berat pada daerah pelvis. Mioma bisa menekan tuba fallopi dan menimbulkan masalah infertilitas, bisa juga terjadi aborsi spontan, atau menekan kanal serviks dan menimbulkan komplikasi persalinan.
e. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi serta hanya terdapat pada 35-50 penderita manifestasi klinis digolongkan menjadi :
1. Tanpa gejala karena dijumpai kebetulan, misalnya pada pemeriksaan infertilitas
2. Perdarahan sebagai gangguan menstruasi yang disebabkan oleh :
a. Pengaruh ekstrogen tinggi, hiperplasia endometrium dapat bentuk seperti menoragia, menometroragia, dan metroragia
b. Permukaan endometrium lebih luas
c. Atropi endometrium diatas submukosa mioma dan menimbulkan perdarahan
d. Kontraksi otot mioma tidak sempurna menutup pembuluh darah
3. Perasaan nyeri terjadi karena gangguan sirkulasi darah, nekrosis dan khususnya saat terjadi submukosa yang terlahir
4. Gejal penekanan sekitranya
a. Terasa discomport atau nek
b. Terjadi infertilitas
c. Dapat menimbulkan obstipasi
d. Edema karena gangguan aliran cairan limfa
f. Komplikasi
1. Degenarasi ganas : Leiomiosarkoma
2. Torsi tangkai mioma dan
a. Subseroma mioma uteri
b. Submokosa mioma uteri
3. Nekrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbul balik mioma uteri dan kehamilan
a. Pengaruh mioma uteri terhadap kehamilan
b. Menimbulkan infortility
c. Meningkatkan kemungkinan abortus saat hamil
d. Persalinan proroturitas
e. Kelainan letak
§ Infartu
a. Inersia uteri
b. Gangguan janin persalinan
§ Pasca Partum
a. Perdarahan pasca partum
b. Retensio plasenta
c. Red degeneration
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan pelvik
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva, vagina dan serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan uterus
2. Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk mendeteksi adanya sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap awal
3. Ultraa Sound / USG
Merupakan alat diagnostik yang sangat berguna bagi masalah-masalah ginekologi, untuk menentukan lokasi massa tumor
4. Endoscopy
Untuk melihat lapisan dan jaringan di sekitarnya secara langsung
a. Calposcopy : Visualisasi vagina dan serviks dibawah kekuatan magnet yang rendah
b. Culdoscopy : Pemasukan culdoscop melalui vagina bagian belakang untuk melihat tuba fallopi dan ovarium
c. Hysteroscopy : Pemasukan hysterscopi melalui serviks untuk melihat bagian dalam uterus
d. Biopsi : Untuk mengetahui jenis dan keganasan sel
e. Laboratorium : Urine lengkap dan darah lengkap
h. Penatalaksanaan Medik
1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak di berikan terapi, hanya di observasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya : mioma akan lisut setelah monopause
2. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
3. miemektomi dengan atau tanpa histeroktomi bila besar uterus melebihi seperti kehamilan
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila besarnya mioma melebihi besar rahim seperti pada kehamilan 12 – 14 minggu
5. Radioterapi
6. Ekstrogen untuk pasien setelah monopause dan observasi setiap 6 bulan
i. Pengobatan
1. Terapi pil KB yang rendah ekstrogen digunakan untuk mengendalikan perdarahan haid yang berat.
2. GnRH (Agonist Gonadothropin releasing Hormone) dapat digunaka untuk mnyusutkan miom dengan mengurangi ekstrogen dalam tubuh
3. Pembedahan pada kala dipergunakan untuk mengangkat mioma
4. Embolisasi miom rahim tindakan tanpa pembedahan ini merupakan pilihan lain bagi beberapa wanita yang ingin menghindari pembedahan. Dirancang untuk menyusutkan miom dengan memotong persediaan darah yang kearah miom
j. Tindakan keperawatan
Tindakan perawatan meliputi ; mengkaji nyeri, mengevaluasi teknik-teknik dan medikasi yang diresepkan yang memberikan peredaan. Penjelasan berbagai prosedur diagnostik membantu untuk menghilang ansietas pasien, perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan pasien yang menginginkan anak.
k. Pencegahan
Pencegahan hampir tidak ada karena penyebab pastinya tidak diketahui, mioma bisa terjadi pada masa reproduksi dan setelah itu, tidak memandang sebelum dan sesudah melahirkan. Pengobatan permanen dengan operasi.
Konsep Dasar Histerektomi
a. Pengertian
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan. Paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh endometrium / tumor) untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa dan kejadian infeksi pelvis yang tak sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki (Doenges Marylinn, 2001)
Histerektomi adalah pengangkatan uterus dengan bedah, secara primer untuk mengobati kanker, tumor jinak, gangguan perdarahan dari uterus dan endometrosis (Doenges Marylinn, 2001)
a. Klasifikasi Histerektomi
1) Subtotal (parsial)
Badan uterus diangkat, puntung serviks disisakan
2) Total
Pengangkatan uterus dan serviks
3) Total dengan salpinggo-ooferektomi bilateral : Pengangkatan uterus, serviks, tuba fallopi dan ovarium adalah pengobatan pilihan untuk kanker invasif, tumor fibroid yang secara cepat bertumbuh atas menghasilkan perdarahan abnormal berat dan endosmetriosis yang melibatkan organ pervik lain.
b. Indikasi
1) Ruptura uteri
2) Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada.
Misalnya pada :
a. Atonia uteri
b. Afrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya
c. Aa. Uterinae terputus
d. Hematoma yang luas pada rahim
3) Infeksi intrapartal berat, untuk ini biasanya dilakukan operasi porro, yaitu uterus dengan isinya diangkat sekaligus bulat-bulat
4) Uterus miomotasus yang besar
5) Kematian janin dalam rahim dan missed abortin dengan kelainann darah
6) Kanker leher rahim
d. Komplikasi
1) Infeksi insisi atau pelvik
2) Hemoragi
3) Cedera traktus urinarius
e. Teknik
1) Bebaskan dulu peritoneum kandung kemih, pada subtotal, seadanya saja ; pada total sjauh mungkin ke arah bawah
2) Klien ligamentum rotundum kanan dan kiri pada 2 tempat, potong diantaranya kira-kira 1 cm dari uterus, lalu ikat pada kedua potongannya.
3) Jari menunjuk operator ditekan kedepan dari lig. Latum dinding belakang dibawah lig. Ovari proprium sedekat mungkin ke dinding rahim sampai tembus. Diklem pada 2 tempat, dipotong dan diikat.
1) Jaringan lig. Latum yang terbuka dipotong ke bawah lateral supaya kita dapat bekerja dari ureter
2) Vasogerina (aa. & w. Uterina) diklem kuat pada dua tempat, dipotong dan diikat kuat
3) Selamanya tahap demi tahap jaringan ke arah bawah,baik kanan maupun kiri, dilakukan seperti tadi bertanggung apakah akan dilakukan histerektomi supra – vaginal atau total.
4) Perdarahan dikontrol, luka dijahit sebaik-baiknya
5) Dilakukan reperitonealisasi sambil puntung-puntung operasi dibenamkan seutuhnya. Umumnya pada histerektomi obstetrik adneksa kanan kiri didiamkan. Bila kedua adneksa ikut diangkat, maka disebut bisalfingoooforektomi (BSO)
1) Akhirnya luka dinding perut ditutup dengan jahitan lapis demi lapis seperti bisanya.
Tindakan Perawatan Pasca Operasi
1. Berikan pengendalian nyeri yang adekuat
2. Anjurkan pasien untuk menahan insisi ketika bergerak
3. Anjurkan pasien untuk berambulasi sesegera mungkin untuk menurunkan flatus dan distensi abdominal
4. Lakukan rendam duduk atau kantong es sesuai ketentuan untuk mengurangi ketidaknyaman perineal
5. Pantan masukan dan keluaran distensi kandung kemih tanda dan gejala infeksi kandung kemih
A. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat, keperawatan berbentuk pelayanan bio – psiko – cosial – pritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
Proses keperawatan adalah tindakan / metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa pasien sistematis. Menemukan masalah, membuat perencanaan untuk mengatasinya melaksanakan rencana itu atau menugaskan yang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya (Yura, 1983)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepad klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan metode proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan (CHS Kelompok Kerja Keperawatan, 1992)
Proses keperawatan merupakan lima tahap yang konsisten sesuai dengan perkembangan potensi keperawatan
1. Pengkajian
a. Indentitas
1) Identitas klien meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat dan diagnosa medis.
2) Identitas penanggung meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien
b. Riwayat Kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan adalah proses perjalanan penyakit yang dialami oleh klien meliputi keluhan utama dan riwayat keluhan (dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan rumus. P.Q.R.S.T).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu baik pada kanak-kanak maupun pada saat belum dirawat
d. Riwayat kesehatan keluarga lengkap genogram tiga dimensi
e. Pemeriksaan fisis TTV, keadaan umum, pemeriksaan head to toe
f. Aktivitas sehari-hari dari : pola nutrisi (makanan, cairan)
Pola eliminasi (B. K,B A B), istirahat tidur, olah raga, personal hygiene
g. Tes diagnostik urine lengkap, darah lengkap, USG, dan lain-lain.
h. Riwayat psikososial
i. Riwayat spritual
j. Menurut Dongoes Marulynn data fokus pada klien post operasi histerektomi yaitu :
Data tergantung pada proses penyakit dasar/kebutuhan untuk intervensi pembedahan (contoh kanker, prolaps, disfungsi, perdarahan uterin, endometriosis berat atau indikasi pelviks yang tidak sembuh terhadap penanganan medik
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, klien atau komunitas terhadap masalah kesehatan, proses kehidupan yang aktual aatau potensial. Diagnosa keperawatan memberinya dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada post operasi histerektomi menurut Doenges E. Marilynn adalah :
a. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminitas, efek hubungan seksual
b. Retensi urine berhubungan dengan trauma mekanis
c. Resiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan bedah abnominal
d. Resiko tinggi terhadap perubahan perfungsi jaringan berhubungan dengan inflamasi jaringan pasca operasi
e. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan : Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminitas, efek hubungan seksual
Tujuan : Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi / Tindakan
1. Berikan waktu mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat
Rasional : Memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
2. Kaji stres emosi pasien, identifikasi kehilangan pada pasien/orang terdekat
Rasional : Perawat perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati atau terlalu menyendiri
3. Berikan informasi akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya
Rasional : Memberikan kesempatan pada pasien untukbertanya dan mengasimilasi informasi
4. Ketahui kekuatan individu dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya
Rasional : Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk digunakan dalam situasi saat ini.
5. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
Rasional : Meningkatkan saling berbagi keyakinan/nilai tentang subjek sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
6. Perhatikan perilaku menarik diri menganggap diri negatif atau terlalu memasalahkan perubahan aktual yang ada
Rasional : Mengidentifikasi tahap kehilangan kebutuhan intervensi
7. Rujuk konseling profesional sesuai kebutuhan
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan tamabahan untuk mengatasi perasaan kehilangan
b. Diagnosa Keperawatan : Retensi urine berhubungan dengan trauma mekanis
Tujuan : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas
Intervensi / Tindakan
1. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine
Rasional : Dapat mengidentifikasi retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml)
2. Palpasi kandung kemih, sedikit keluhan ketidaknyaman, ketidakmampuan berkemih
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan retensi urine
3. Berikan tindakan berkemih rutin
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
4. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter (bila ada)
Rasional : Meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
5. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau
Rasional : Retensi urine, drainase vaginal, dan kemungkinan adanya kateter intermitmen / tak menetap meningkatkan resiko infeksi
6. Pemasangan kateter bila diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih atau tidak nyaman
Rasional : Edema atau pengaruh suplai syarat dapat menyebabkan atoni, kandung kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih
7. Dekompresi kandung kemih dengan perlahan
Rasional : Bila jumlah besar urine terkumulasi, dekompresi kandung kemih cepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis meningkatkan pengumpulan vena
8. Perhatikan patensi kateter tak menetap, pertahankan drainase selang bebas lipatan
Rasional : Meningkatkan drainase urine, menurunkan resiko statis urine/retensi dan infeksi
9. Periksa individu volume urine setelah berkemih bila diindikasi
Rasional : Retensi urine meningkatkan kemungkinan untuk infeksi dan ketidaknyaman/nyeri
c. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan bedah abdominal
Tujuan : Menunjukkan bunyi usus/aktivitas peristaltik aktif, mempertahankan pola eliminasi biasanya.
Intervensi / Tindakan
1. Auskultasi bising usus, perhatikan distensi abdomen, adanya mual muntah
Rasional : Indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi
2. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan
Rasional : Ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltik
3. Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah, bila pemasukan peroral dimulai
Rasional : Meningkatkan pelunakan feces, dapat membantu merangsang peristaltik
4. Berikan rendan duduk
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot, menimalkan ketidaknyaman
5. Batasi pemasukan oral sesuai indikasi
Rasional : Mencegah mual muntah sampai peristaltik kembali (1-2 hari)
6. Perhatikan selang NGT bila ada
Rasional : Mungkin dipasang pada pembedahan untuk dekompresi lambung
7. Berikan cairan jernih/banyak dan dikembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi
Rasional : Bila peristaltik mulai pemasukan makanan dan minum meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal
8. Gunakan selang rektal, kompres hangat pada perut bila perlu
Rasional : Meningkatkan pasien flatus
9. Berikan obat, contoh pelunak feces, minyak mineral, laksatif sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pembentukan pelunak feces
d. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi jaringan pasca operasi
Intervensi / Tindakan :
1. Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler, kaji keluaran/karakteristik urine. Evaluasi perubahan mental
Rasional : Indikator ke adekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya komplikasi
2. Inspeksi balutan dan pembalut perineal. Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami perdarahan hebat.
Rasional : Memperhatikan pembuluh darah besar untuk sisi operasi dan atau potensial perubahan mekanisme pembekuan meningkatkan resiko perdarahan pasca operasi
3. Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan nafas dalam
Rasional : Mencegah stasis sekresi dan komplikasi pernafasan
4. Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki
Rasional : Menimbulkan stasis vena dengan meningkatkan kongesi pelvik dan pengumpulan darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan trombus
5. Bantu/instruksikan latihan kaki dan telapak dan ambulasi sesegera mungkin
Rasional : Gerakan meningkatkan sirkulasi dan mencegah komplikasi stasis
6. Periksa tanda hormon, perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas, atau keluhan nyeri dada tiba-tiba pada dispnea
Rasional : Mungkin indikasi terjadinya trombo flebitis/emboliparu
7. Berikan cairan IV, produk darah sesuai indikasi
Rasional : Menggantikan kehilangan darah mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
8. Pakaikan stoking anti emboli
Rasinal : Membant aliran balik vena, menurunkan stasis dan resiko tombosis
Bantu/dorong penggunaan spirometri insentif
Rasional : Meningkatan ekspansi paru / meminimalkan atelektasis
e. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh / fungsi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman perubahan anatomi / fungsi seksual mengindentifikasi kepuasaan / praktik seksual yang diterima
Intervensi / Tindakan
1. Mendengarkan pernyataan pasien / orang terdekat
Rasional : Masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor atau ungkapan prang gamblang
2. Kaji informasi pasien/orang terdekat tentang anatomi/fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
Rasional : Menunjukkan kesalahan informasi / konsep yangb mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Identfikasi faktor budaya / nilai dan adanya konflik
Rasional : Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual
4. Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap berduka
Rasional : mengakui proses normal kehilangan secara nyata / menerima perubahan dapat meningkatkan koping dan memudahkan resolusi
5. Dorong pasien untuk berbagai pikiran masalah dengan teman
Rasional : Komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian / masalah dan meningkatkan diskusi dan resolusi
6. Solusi pemecahan masalah terhadap masalah potensial, contoh menunda coitus seksual saat kelelahan, lanjutkan dengan ekspresi alternatif, posisi yang menghindari tekanan pada insisi abdomen, menggunakan minyak vagina
Rasional : Bantu pasien kembali pada hasrat / kepuasaan aktivitas seksual
7. Diskusikan sensasi / ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons seperti individu biasanya
Rasional : Nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilangan sensori dapat terjadi sehubungan dengan trauma bedah
8. Rujuk ke konselor / ahli seksual sesuai kebutuhan
Rasional : Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kepuasan hasil
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, mengidentifikasi hubungan tanda / gejala sehubungan prosedur pembedahan dan tindakan untuk menerimanya
Intervensi / Tindakan
1. Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa datang, contoh : pasien perlu mengetahui bahwa ia akan menstruasi atau melahirkan anak, apakah monopause pembedahan akan terjadi dan kemungkinan kebutuhan untuk penambahan hormon
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2. Diskusikan dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama penyembuhan, contoh : labilitas emosi dan harapan perasaan depresi / kehilangan kelemahan berat, gangguan tidur, masalah berkemih
Rasional : Faktor fisik, emosi dan sosial dapat mempunyai pengaruh komulatif, yang dapat memperlambat penyembuhan, khususnya bila histerektomi dilakukan karena kanker
3. Diskusikan melakukan kembali aktivitas. Dorong aktivitas pertama dengan periode istirahat yang sering dan meningkatkan aktivitas / latihan sesuai toleransi. Tekankan pentingnya respons individu dalam penyembuhan
Rasional : Mencegah kelelahan kelebihan, mengubah energi untuk menyembuhan / regenerasi jaringan
4. Identifikasi keterbatasan individu, contoh : menghindari mengangkat berat dan aktivitas keras (seperti pengosongan dan mengejan saat defekasi, duduk menyetir lama.
Rasional : Aktivitas kuat memperberat kelelahan dan dapat memperlambat penyembuhan. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intra abdomen dapat menegangkan perbaikan pembedahan, dan duduk berpotensi menimbulkan pembentukan trombus
5. Kaji anjuran untuk memenuhi koitus seksual
Rasional : Bila aktivitas seksual diijinkan oleh dokter, ini terbak untuk memulai kembali aktivitas dengan mudah dan hati-hati, dengan menggunakan pilihan posisi koitus atau dengan mengekpresikan perasaan seksual dengan cara lain
6. Identifikasi kebutuhan diet, contoh : protein tinggi, tambahan besi
Rasional : Memfasilitasi penyembuhan / regenerasi jaringan dan membantu memperbaiki anemia bila ada
7. Kaji ulang terapi penambahan hormon. Diskusikan kemungkinan ”Hot flash” meskipun ovarium masih ada
Rasional : Histerektomi total dengan salpingooforektomi (pembedahan yang menyebabkan monopause ) memerlukan penambahan hormon
8. Dorong minum obat yang diresepkan secara rutin (contoh dengan makanan )
Rasional : Minum hormon dengan makanan menciptakan kebiasaan minum obat dan menurunkan potensi timbulnya mual
9. Diskusikan potensi efek samping, contoh peningkatan berat badan, peningkatan pigmentasi kulit atau jerawat, jernih tekan payudara, sakit kepala, fotosensitivitas
Rasional : Jadinya efek samping diharakan tetap dapat memerlukan pemecahan masalah seperti perubahan dosis atau penggunaan tabir surya.
10. Anjurkan menghentikan merokok bila menerima tetapi estrogen
Rasional : Beberapa penelitian menunukkan peningkatan resiko trombosfleditis, IM, CSV, dan emboli paru yang berhubungan dengan rokok dan tetapi ekstrogen
11. Kaju ulang perawatan insisi bila tepat
Rasional : Memudahkan perawatan diri yang kompoten, menkingkatkan kemandirian
12. Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan memperjelas kesalahpahaman juga mendeteksi mulainya komplikasi
13. Identifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh : demam / mengigil, perubahan drainase vagina / luka perdarahan
Rasional : Pengenalan dini pengobatan terjadinya komplikasi seperti infeksi / perdarahan dapat mencegah situasi yang mengancam hidup. Catatan perdarahan dapat terjadi paling lambat 2 (dua) minggu pasca operasi.
4. Penatalaksanaan / implementasi
Pada tahap ini pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
Jenis tindakan :
1. Secara mandiri (independent) adalah tindakan mandiri yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyakit) misalnya
2. Secara ketergantungan / kolaborasi (independen) adalah tindakan perawat atas dasar kerjasama, sesama tim kesehatan lainnya (Dokter, Fisioterapi, Analisis, Kesehatan) misalnya dalam hal :
a. Pemberian obat sesuai intruksi dokter\
b. Pemberian infus : tanggung jawab perawat kapan infus itu terpasang
3. Secara rujukan / ketergantungan (dependen) adalah tindakan perawat atas dasar rujukan dengan posisi lain (psikologi), dokter, psikater, pemberian makanan pada pasien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi
5. Evaluasi
1) Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan
2) Penelitian keperawatan adalah mengukur keberhasilan di rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
3) Kriteria
a. Kriteria proses : memenuhi jalannya proses perawatan yang sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien
b. Kriteria keberhasilan : menilai hasil asuhan keperawatan yang diperhatikan dengan perubahan tingkah laku pasien
c. Teknik penilaian wawancara, pengamatan, studi dokumenter
4) Hasil evaluasi
a. Tujuan teratasi
b. Tujuan sebagian teratasi
c. Tujuan tidak teratasi
5) Adapun evaluasi umum yang diharapkan dari klien post op mioma uteri adalah :
a. Klien mengungkapkan rasa nyaman nyeri berkurang atau hilang
b. Infeksi tidak terjadi
c. Luka jahitan kering
d. Klien mengungkapkan kebutuhan istirahat tidurnya terpenuhi
e. Klien dapat tidur dengan nyenyak
f. Klien mengungkapkan kebutuhan ADLnya terpenuhi
Terima kaish mas informasinya sangat bermanfaat sekali ..
BalasHapushttp://www.tanyadok.com/kesehatan/mengenal-mioma-uteri-lebih-jauh