BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Tumor = pembengkakan, tumor ganas dan tumor jinak.
b. Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. (Ramli Ahmad, 1997).
c. Tumor adalah benjolan-benjolan berbentuk bulat atau berbenjol-benjol terdapat pada organ, berbatas tegas dengan konsistensi yang kenyal (Sjamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997)
d. Tumor terjadi dengan adanya masa laten yang sangat panjang dengan titik mulai yang tidak teridentifikasi.
1. Anatomi fisiologi
a) Anatomi saluran pernafasan
Saluran pernafasan dimulai dari hidung, nasofaring, mulut, orofaring, laring, trachea, bronkhus kiri dan kanan, bronkhiolus dan alveolus.
Paru – paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau thoraks kedua paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri.
b) Fisiologi
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronkial, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Paru-paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9 segmen. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia seringkali hanya terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Karena itu pengetahuan tentang anatomi segmen-segmen paru penting sekali, tidak hanya untuk ahli radiologi, bronkoskopi dan ahli bedah toraks, tetapi juga bagi perawat dan ahli terapi pernapasan, perlu mengetahui dengan tepat letak lesi agar dapat menerapkan keahlian mereka sebagaimana mestinya.
Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura viseralis). Di antara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru-paru, yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit untuk dipisahkan.
Jalan napas yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah :
1) Hidung
2) Pharynx
3) Larynx
4) Trachea
5) Bronchus dan bronchiolus.
Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu ; disaring, dihangatkan, dilembabkan.
Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar.
Air untuk kelembaban diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah.
Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100 %.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.
Trachea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentu seperti sepatu kuda yang panjangnya 5 inchi. Struktur trachea dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon tracheal bronchial.
Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk, kalau saraf-saraf terangsang.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya hampir vertikal.
Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang mengandung alveolus.
Semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-gas di luar bronchiolus terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru tempat pertukaran gas.
Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan tebal garis tengah sel darah merah. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan tenis.
Tetapi alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Pleura ada 2 macam yaitu pleura parietal yang melapisi rongga dada/thoraks dan pleura viceralis yang menutupi setiap paru.
Diantara pleura parietal dan pleura viceral, terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri pulmonalis.
Sirkulasi bronchialis menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengeluarkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah itu mengambil bagian dalam pertukaran gas.( Sylvia A,Price, 1995)
2. Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah :
a. Penyebab kimiawi.
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
b. Faktor genetik (biomolekuler)
Golongan darah A lebih tinggi 20 % berisiko menderita kanker/tumor pada lambung dari pada golongan darah O
Selain itu perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
c. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik maupun penyinaran.
Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
d. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
e. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus. Pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.
f. Faktor hormon.
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut. (Bustan, 1997).
3. Klasifikasi Tumor
Tumor secara umum dibedakan atas tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna). Perbedaan keduanya dapat dituliskan sebagai berikut :
Tumor Benigna
1. Sering disebut tumor
2. Tidak menyebar
3. Tidak mengancam hidup
4. Dapat dioperasi dengan baik
5. Pertumbuhannya lambat
6. Beberapa gambaran mitosis
7. Tumbuh ekspansif
8. Encapsulation biasanya ada
Tumor Maligna
1. Disebut kanker
2. Sering metastasis
3. Kematian tinggi
4. Sulit dioperasi
5. Tumbuh cepat
6. Banyak gambaran mitosis
7. Tumbuh infiltratif
8. Psudoencapsulation
4. Insiden
Lebih dari 1,3 juta kasus baru kanker paru yaitu stadium lanjutan dari Tumor Paru dan bronkus di seluruh dunia, menyebabkan 1,1 juta kematian tiap tahunnya. Dari jumlah insiden dan prevalensi di dunia, kawasan Asia, Australasia, dan Timur Jauh berada pada tingkat pertama dengan estimasi kasus lebih dari 670 ribu dengan angka kematian mencapai lebih dari 580 ribu orang. Sampai saat ini kanker paru masih menjadi masalah besar di dunia kedokteran. Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga menyebabkan tumbuhnya tumor yang menghambat dan menghentikan fungsi paru-paru sebagaimana mestinya. Besarnya ukuran paru-paru menyebabkan kanker tumbuh bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. penyakit ini baru bisa dideteksi setelah kanker mencapai stadium lanjut.
Tingkatan
Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada paru-paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru
Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening
Stadium III Kanker telah menyebar keluar paru-paru
Stadium IIIa Kanker dapat dicabut dengan operasi bedah
Stadium IIIb Kanker tidak dapat dicabut dengan operasi bedah
Stadium IV Kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan awal ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dinamai metastase
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70 % kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIIb atau IV) sehingga hanya 5 % penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyatakan positif. (www.mediaindonesia.co.id)
5. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan pada tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan risiko terjadi tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat initiation yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memici timbulnya penyakit tumor.
Initiation agent biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetic (DNA). Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor. Hal ini dapat berlangsung lama, minggu bahkan sampai tahunan. (Price and Wilson, 1995)
6. Manifestasi Klinik
Secara umum manifestasi klinik pada penderita tumor yaitu :
a. Terdapat lesi pada organ yang biasanya tidak terasa nyeri terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur.
b. Adanya perlekatan pada kulit/organ, lekukan pada kulit akibat distorsi ligamentum (coperr) dan rasa sedikit tidak enak atau tegang.
c. Terjadi retraksi pada organ.
d. Pembengkakan local pada organ yang terkena.
e. Terjadi eritema atau nyeri local
f. Pada penyakit yang sudah stadium lanjut dapat terjadi pecahnya benjolan-benjolan pada kulit dan ulserasi.
Sedangkan manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
7. Diagnostik Test
a. Rontgen, Untuk melihat sejauh mana perkembangan/metastase dari tumor tersebut mengenai organ.
b. Biopsy bedah, biasanya digunakan di unit rawat jalan dengan menggunakan anastesi local.
c. Aspirasi jarum halus, dilakukan di unit rawat jalan dan biasanya dilakukan ketika lesi dideteksi melalui pemeriksaan fisik.
d. Tes laboratorium, dengan mengambil darah.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor. Dalam melakukan tindakan bedah ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan :
1). Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor tapi eksisi juga harus dilakukan terhadap jaringan normal sekitar jaringan tumor. Cara ini akan memberikan hasil operasi yang lebih baik.
2). Ternyata operasi pertama memberikan harapan sukses yang lebih tinggi. Operasi selanjutnya akan memberikan hasil yang lebih rendah.
3). Metastase ke kelenjar getah bening umumnya terjadi pada setiap tumor sehingga pengangkatan kelenjar dianjurkan pada tindakan bedah.
4). Dalam melakukan tindakan bedah sebaiknya dilakukan pendekatan interdisipliner sehingga dapat dijabarkan kemungkinan tindakan pre dan post bedah harus dilakukan.
5). Satu hal yang mutlak dilakukan sebelum bedah adalah menentukan stadium tumor dan melihat pola pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.
b. Obat-obatan
1). Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon
2). Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis tumor.
c. Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.
Untuk mencapai target ini, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1). Meninggikan radiosensitifitas dan oksigenasi. Sel akan sensitive jika mempunyai oksigen. Siatu sel yang hipoksia akan kurang sensitive terhadap ionisasi/radiasi.
2). Mengarahkan radiasi lebih terfokus pada jaringan tumor saja, misalnya dengan melakukan penyinaran yang mobile.
3). Membagi-bagi dosis secara series sehingga jaringan tidak mendapat beban radiasi yang berat yang dapat turut merusak jaringan normal.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian (Doenges E. Marilyn et al,2002)
a. Biodata
Berisikan nama, alamat, pekerjaan, status perkawinan, agama usia, suku, jenis kelamin, diagnosa medik, terapi, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal di kaji, nama orang yang menanggung biaya klien dan hubungannya dengan klien.( Robert Priharjo,1999).
b. Keluhan Utama
Berisi keluhan klien dan alasan klien masuk ke Rumah Sakit
c. Riwayat Kesehatan
Merupakan sumber data subjektif tentang status kesehatan klien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan actual maupun potensial. (Robert priharjo,1995)
Riwayat kesehatan terdiri atas riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat kesehatan keluarga yang akan dijabarkan dalam bentuk genogram.
d. Riwayat Psikososial
Tentang lingkungan rumah klien serta siapa yang menjadi pengasuh klien.
e. Riwayat Spiritual
Tentang support system dalam keluarga dan bagaimana kegiatan keagamaan dalam keluarga.
f. Riwayat Hospitalisasi
1). Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2). Pemahaman klien tentang sakit dan rawat inap
g. Aktivitas sehari-hari
1). Nutrisi
Nafsu makan klien menurun, porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan.
2). Istirahat tidur
Kebutuhan tidur berkurang, klien mudah terbangun.
3). Eliminasi (BAB dan BAK)
4). Cairan
Apakah klien malas minum dan jumlah cairan yaitu 600-800 dalam 24 jam.
5). Personal Hygiene
6). Rekreasi / olah raga
7). Aktivitas / mobilitas fisik
h. Pemeriksaan Fisik
Di dapatkan dengan empat cara, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultrasi pada bagian tubuh klien untuk meneggakkan suatu diagnosa.
Dasar Data Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
Takikardia (respon stress, hipovolemia).
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler yang lambat, pucat pada bagian yang terkena
Pembengkakan jaringan pada sisi yang terkena.
c. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot.
Kebas/kesemutan (paretesis).
Tanda : Deformitas local, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri (mungkin terlokasi pada area jaringan yang terkena, spasme/kram otot
e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal.
f. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
g. Integritas Ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis
Faktor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup
Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang
Stimulasi simpatis
3. Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan nafas.
b. Hypertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan konpensasi paru yang meningkat.
f. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi.
g. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
5. Implementasi
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat dengan menetapkan waktu pelaksanaan
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran dari keberhasilan yang rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan penilaian dari proses keperawatan yang telah dilakukan dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jurusan Epidemiologi FKM Unhas. Ujung Pandang
Brunner dan Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Corwin, J. Elisabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Depkes RI, 1999. Sistem Ketahanan Nasional, Jakarta
Doenges, E. Marilyn, dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Gannong, F. William. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3. Media Aesculapius FKUI. Jakarta
Moeloek, Farid. 1999, Menuju Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Price, Wilson. 2001. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar